Tuesday, September 20, 2016

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

STRATEGI MEMBANGUN TEORI
I.                   PENDAHULUAN
Penelitian tindakan merupakan salah satu tipe penelitian tipe deskriptif, yang tertuju kepada pemecahan masalah tertentu yang ada pada masa sekarang. Secara umum penelitian tindakan merupakan suatu penelitian yang dilakukan ditengah-tengah situasi riil, dalam rangka mencari dasar bagi petugas-petugas untuk bertindak atau beroperasi dalam mengatasi suatu kebutuhan praktis yang mendesak.
 Dalam penelitian kuantitatif penggunaan teori secara deduktif dan menempatkannya di awal rencana penelitian. Tujuan penelitian kuantitatif adalah menguji atau membuktikan sebuah teori, bukannya untuk mengembangkan teori. Oleh karena itu, untuk memulai penelitian dengan mengajukan sebuah teori, mengumpulkan data untuk mengujinya dan menguji ulang apakah teori tersebut diperkuat atau diperlemah oleh hasil penelitian. Teori tersebut menjadi kerangka penelitian secara keseluruhan, suatu model terorganisir pernyataan atau hipotesa penelitian dan prosedur pengumpulan data.
II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian teori dan Macam-macamnya?
B.     Bagaimana strategi membangun teori?
III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori
Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh Neumen, Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Selanjutnya Siti Rahayu Haditono menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada.[1]
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antarkonsep.[2] Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta. Teori menyusun fakta-fakta dalam bentuk yang sistematis sehingga dapat dipahami.[3]
Dalam penggunaan secara umum, menurut snelbecker teori-teori berarti sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik (artinya kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, dan juga pada data yang diamati), serta yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati.[4]
Menurut Kinayati Djojosuroto & M.L.A. Sumaryati, teori digolongkan kepada empat macam, yaitu asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi.
1.      Asumsi
Asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang realita, harus diverifikasi secara empiris.[5] Dalam penelitian ilmu sosial, setidaknya kita mengenal dua pendekatan yang memengaruhi proses penelitian, mulai dari merumuskan permasalahan hingga mengambil kesimpulan. Setiap pendekatan memiliki asumsi dasar yang berbeda. Asumsi dasar yang ada di dalam pendekatan kuantitatif bertolak belakang dengan asumsi dasar yang dikembangkan di dalam pendekatan kualitatif. Asumsi dasar inilah yang memengaruhi pada perbedaan dari cara pandang peneliti terhadap sebuah fenomena dan juga proses penelitian secara keseluruhan.
Adapun asumsi dasar pendekatan kuantitatif , yaitu:
a.       Asumsi Dasar Ontologi (Hakikat Dasar Gejala Sosial)
Gejala sosial dikatakan sebagai sesuatu gejala yang real, yang dapat diungkap dengan menggunakan indra manusia. Karena suatu gejala adalah real, bisa terjadi kesepakatan di antara individu-individu yang ada di sekitarnya, dan suatu ketika gejala tersebut menjadi sebuah fenomena yang sifatnya universal dan diakui oleh orang banyak.
b.      Asumsi Dasar Epistemologi (Hakikat Dasar Ilmu Pengetahuan)
Suatu gejala adalah nyata. Karena gejala itu sifatnya nyata, gejala yang ada bisa dipelajari. Gejala yang ada bisa ditangkap dengan menggunakan indra. Dengan demikian, kita bisa membuat perbedaan antara yang satu dengan yang lain.

2.      Konsep
Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu.[6] Bailey (1982) menyebutkan sebagai persepsi (mental Image). Atau abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus.
Konsep juga dibangun dengan maksud agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian atau pembaca laporan penelitian memahami apa yang dimaksud dengan pengertian variable, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud penelitiannya kali ini. Lebih konkrit, konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama.[7]
Dalam membangun konsep ada dua desain yang perlu diperhatikan, yaitu generalisasi dan abstraksi. Generalisasi adalah proses bagaimana memperoleh prinsip dari berbagai pengalaman yang berasal dari literatur dan empiris. Abstraksi yaitu cakupan ciri-ciri umum yang khas dari fenomena yang dibicarakan.

3.      Konstruk
Konstruk adalah konsep yang ciri-cirinya dapat diamati langsung seperti pemecahan masalah. Konsep seperti ini lebih tinggi tarafnya dari pada abstraksi yang ciri-cirinya dapat diamati langsung. Jadi konstruk adalah konsep sedangkan tidak semua konstruk adalah konsep.[8] Menjadikan konstruk yang dapat kita ukur disebut operasionalisasi. Kata kerjanya mengoperasionalisasikan.


Pada umumnya metode kontruksi teori dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a.       Konstruksi teori secara Deduktif
Teoretikus deduktif bekerja dari atas ke bawah. Dalam teori semacam ini mula-mula dirumuskan sekumpulan asumsi dasar atau postulat-postulat dengan memperhatikan factor-faktor tertentu yang telah dikenal. Dari postulat-postulat ini dikeluarkan hipotesis-hipotesis atau teorema-teorema. Hipotesis- hipotesis ini kemudian diuji, lalu hipotesis yang terbukti benar dipertahankan sehingga selama periode terentu, teori ini mengalami koreksi sendiri.
b.      Konstruksi teori secara Induktif
Teoretikus induktif bekerja dari bawah ke atas, menyusun system-sistem yang memperhatikan hasil-hasil penelitian yang  yang telah berkali-kali diuji. Lalu menyusun system-sistem yang lebih tinggi tingkatnya sebagai generalisasi teori mini itu, dan akhirnya merumuskan suatu teori yang mencankup semua pernyataan yang lebih rendah tingkatannya.[9] 

4.      Proposisi
Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep.
B.     Strategi membangun Teori
Perangkat kontruksi teori, bila diurutkan dari yang paling dekat dengan data yaitu: konsep (konsep dan konstruks), proposisi (hipotesis dan tesis), dan teori.
Dimana konsep dibagi menjadi dua yaitu:
a. konsep yang tingkat abstraksinya masih rendah, dimana indicator konsep tersebut langsung masih bisa diamati pada objek konsep itu, seperti meja, maka cirri-cirinya langsung diamati pada benda itu.
b. kontruk, yaitu konsep yang tingkat abstraksinya lebih tinggi, sehingga cirri-cirinya tidak bisa langsung diamati pada obyek, perlu pengukuran dan penelitian lebih dahulu seperti: sosialisasi, keakraban, dan sebagainya. umumnya konsep dalam ilmu sosial merupakan konstruk.
Teori dibangun dari data empiris, melalui perangkat konsep dan proposisi. Apabila konsep yang diteliti dan proposisi yang dibangun itu belum pernah diteliti oleh orang lain, maka teori yang dibangun dari konsep dan proposisi itu juga merupakan teori yang baru. Istilah teori yang baru harus dipahami dalam kaitan dengan tujuan pokok penelitian yaitu menemukan teori baru, mengembangkan teori yang sudah ada, dan revisi teori yang sudah tidak sesuai lagi.
Teori itu dibedakan menjadi Grand Theory dan Subtantive Theory. Grand Theory adalah teori yang baru sama sekali yang sebelumnya belum ada, penemunya adalah ahli pikir yang genius, sehingga tidak sembarang orang bisa melakukan. contoh teori evolusi dari Darwin. Kemudian telah berkembang dengan pesat teori substantive dari masing-masing grand theory, bahkan mampu membangun grand theory baru, sehingga mampu membangun cabang dan ranting ilmu disegala bidang. Tiap teori dibangun berdasarkan pola pikir tertentu, konsekuensinya teori substantive yang dibangun juga menggunakan pola pikir grand theory nya.
Ada empat langkah mental Constructs yang harus dilalui untuk mengubah konsep dan proposisi menjadi teori, yaitu :
1.     Membentuk suatu konsep yang mengindentifikasi ciri-ciri umum (generalisasi) dari explanan (variabel bebas) disebut konsep explanan.
2.     Membentuk suatu konsep yang mengidentifikasi ciri-ciri khas dari explanandum (variabel terikat) sebagai akibat logis dari keberadaan explanan, disebut konsep explanandum
3.     Membentuk proposisi yaitu menghubungkan secara logis dan konsisten antara konsep expalanan dan konsep explanandum.
4.     Membentuk beberapa proposisi yang menjabarkan explanan atau explanandum umum, sehingga hipotesis atau tesis bisa diuji dan disimpulkan atau sebagai hasil pembuktiaan empiris hipotesis atau tesis yang ditemukan.[10]
                                                                                             

IV.             KESIMPULAN
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antarkonsep. Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta. Teori menyusun fakta-fakta dalam bentuk yang sistematis sehingga dapat dipahami.
Teori digolongkan kepada empat macam, yaitu asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi.
Teori dibangun dari data empiris, melalui perangkat konsep dan proposisi. Apabila konsep yang diteliti dan proposisi yang dibangun itu belum pernah diteliti oleh orang lain, maka teori yang dibangun dari konsep dan proposisi itu juga merupakan teori yang baru.
V.                PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin......









DAFTAR PUSTAKA

Bungin,M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif,  Jakarta: Kencana, 2008
Djojosuroto, Kinayati & M.L.A Sumaryati, Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa & Sastra, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004
Hasan,M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002
Muhadjir, Noeng,  Metodologi Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Jogja: Rake Sirasin, 2007
S. Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah, Bandung: Jemmars, 1991
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009
Wilis Dahar, Ratna, Teori-teori Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2006
Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitaif-Kualitatif, Yogyakarta: UIN Maliki Press, 2010













 



STRATEGI MEMBANGUN TEORI

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Penelitian Tindakan Kelas
Dosen Pengampu: Syamsul Ma’arif, M. Ag.





Disusun oleh:

Khanif Ulya Dzakki                   (103111047)
M. Khoirul Umam                      (103111063)
Muh. Azhar  Farih                     (103111065)
M. Solekhan                                (103111060)   




FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
 



                [1] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 52-53
                [2] Kinayati Djojosuroto & M.L.A Sumaryati, Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa & Sastra, (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004), hal. 17
                [3] S. Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah, (Bandung: Jemmars, 1991), hal. 4
                [4] Ratna wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 12
                [5] Kinayati Djojosuroto & M.L.A Sumaryati, Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa & Sastra, hlm. 20
                [6] M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 17
                [7] M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2008) hlm. 57
                [8] Kinayati Djojosuroto & M.L.A Sumaryati, Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa & Sastra, hlm.18-19
[9] Ratna wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, hlm. 12
                [10] Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitaif-Kualitatif, (Yogyakarta: UIN Maliki Press, 2010), hlm 393-395

DESAIN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DESAIN DAN PELAKSANAAN PTK

I.     PENDAHULUAN
Penelitian Tindakan Kelas memiliki beberapa model atau desain. Sebagai peneliti, kita dapat memilih salah satu dari model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Tidak ada pertimbangan khusus dalam memilih model PTK, hanya saja dalam pemilihan model PTK disarankan memilih sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh si peneliti
Model Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan oleh peneliti bisa berupa satu model atau lebih. Peneliti yang menggunakan model lebih dari satu bias anya dilakukan dalam rangka membandingkan antara model satudengan model yang lain serta mencari model yang paling efektif dan efisien dengan hasil yang diharapkan. Ada banyak model PTK yang cukup terkenal diantaranya model yang dikembangkan oleh Ebbut (1985), Kemmis dan Me Taggart (1989), Elliot (1991) dan Mc Kernan (1991).
Namun dalam makalah ini, akan dijelaskan garis besarnya saja yaitu terdapat empat tahapan dalam desain pelaksanaan PTK yang disebut Daur Cylical (Sistem berdaur) yaitu meliputi: membuat perencanaan, melakukan tindakan, melakukan observasi dan melakukan refleksi.

II.     RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimanakah Daur Cylical dalam Pelaksanaan PTK?
B.  Bagaimanakah Prosedur Perencanaan dalam Pelaksanaan  PTK ?
C.  Bagaimana Prosedur Melaksanakan Tindakan dalam PelaksanaanPTK ?


III.     PEMBAHASAN
A.  Daur Cylical dalam Pelaksanaan PTK
PELAKSANAAN
 
PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang (Daur Cylical) yang di dalamnya terdapat empat kegiatan utamanya itu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adanya siklusnya dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut :
 















Menurut Syamsul Ma’arif dalam bukunya Guru Profesional : harapan dan Kenyataan, (2011 : 103) PTK merupakan suatu proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran. Dan proses penelitian tindakan tersebut menggunakan observasi dan wawancara yang bersifat reflektif, partisipatif dan kolaboratif.
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keerhasilan dan hambatan dari tidakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti, jika PTK-nya tidak dilakukan sendiri) menentukan rancangan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apabila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk meyakinkan atau  menguatkan  hasil. Akan tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu. Dalam menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka guru dapat melanjutkan dengan tahap-tahap kegiatan seperti siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum puas maka dapat melanjutkan dengan siklus ketiga. [1]
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik disini berarti pihak yang terlibat (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah- masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah- kaidah penelitian tindakan.[2]
B.  Prosedur Perencanaan dalam Pelaksanaan  PTK
Rencana tindakan merupakan tindakan pembelajaran yang disusun secara sistematis, berorientasi ke depan dengan mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang tak terduga sehingga dapat mengurangi atau menegeliminasi resiko. Pengembangan rencana tindakan harus fleksibel agar dapat disesuaikan dengan pengaruh tak terduga dan kendala yang tidak dapat diamati.[3] Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dari pihak yang mengamati proses jalannya tindakan atau biasa disebut kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan yang dilalukan di penelitian kolaborasi ini.
Pada tahap perencanaan tindakan ini, guru perlu melihat kembali analisis awal yang telah dilakukan. Dalam merancang suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu kinerja pembelajaran, tindakan apa yang diambil dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana subjektif dan objektif. Dalam merencanakan tindakan guru perlu mempertimbangkan dengan jelas dan khusus sesuai dengan spesifikasi permasalahan yang telah ditemukan di analisis awal. Agar pelaksanaan tindakan berjalan dengan baik, guru perlu pula mempertimbangkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan yang boleh dilakukan dan wajib di taati. Pada tahap perencanaan ini, ha-hal yang perlu dilakukan adalah merumuskan rencana kegiatan, yang meliputi perumusan tema, tujuan pembelajaran, tahap kegiatan, rencana observasi, lembar evaluasi, persiapan alat-alat pengajaran jenis kegiatan yang akan dilakukan, pihak- pihak yang terlibat, setting kegiatan, dan skenario kegiatan. Semua aspek ini harus dirumuskan secara jelas untuk memonitor kegiatna tindakan yang akan dilaksanakan. [4]
Dalam menyusun rancangan tindakan peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Jika yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk terpisah maka peneliti dan pelaksana guru peneliti adalah pihak yang paling berkepentingan untuk menigkatkan kerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru peneliti agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realitas dan dapat dikelola dengan mudah.[5]
Menurut prof. Suhardjono dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas, menjelaskan bahwa secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
1.    Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar faktual yang terjadi dilapangan, masalahnya cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajarandan harus dalam jangkauan kemampuan peneliti.
2.    Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan yang akan melatar belakangi PTK.
3.    Merumuskan masalah secara jelas baik dalam bentuk kalimat tanya maupun kalimat pertanyaan.
4.    Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Untuk menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, guru dapat melakukan :
a.    Kajian teoritik di bidang pembelajaran.
b.    Kajian hasil penelitian yang relevan.
c.    Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan peneliti lain dan sebagainya.
d.   Kajian pendapat dan saran pakar.
e.    Merefleksi pengalaman sendiris sebagai guru.
5.    Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator- indikator keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
6.    Membuat secara rinci rancangan tindakan.[6]

C.  Prosedur Melaksanakan Tindakan dalam Pelaksanaan PTK
Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang disusun. Rancangan atau perencanaan yang disusun tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa diimplementasikam dalam kegiatan atau tindakan nyata. Sebuah rancangan atau rencana akan memberikan petunjuk dalam melaksanakan sesuatu. Pelaksanaan tindakan tanpa rencana, maka tindakan itu tidak akan terarah.
Oleh karena itu, tindakan dalam pelaksanaan PTK akan sangat tergantung pada perencanaan yang disusun. Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan fokus masalah. Tindakan inilah yang menjadi inti dari PTK, sebagai upaya meningkatkan kinerja guru untuk menyelesaikan masalah. Tindakan dilakukan dalam program pembelajaran apa adanya, artinya bahwa tindakan itu tidak direkayasa untuk kepentingan penelitian, akan tetapi dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran keseharian. Hal ini penting untuk dipahami karena PTK tidak berangkat dari kebutuhan guru untuk meningkatkan kinerjanya.[7]
Beberapa hal yang harus dipahami dalam melaksanakan PTK diantaranya tidak mengganggu proses pembelajaran, harus dipersiapkan dengan rinci dan matang, tindakan harus konsisten dengan rancangan, masalah benar-benar ada dan dihadapi oleh guru, harus mengikuti etika kerja yang berlaku, dan dimulai dari permasalahan yang sederhana, jelas dan nyata. [8]
Dalam pelaksanaan tindakan, guru berperan sebagai pengajar dan pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung maupun melalui telaah dokumen, bahkan juga melalui wawancara dengan siswa setelah pelaksanaan pembelajaran selesai. Guru juga dapat meminta bantuan guru lain untuk melakukan pengamatan selama guru melakukan tindakan perbaikan. Sebelum peneliti dan guru melaksanakan tindakan, perlu disusun langkah-langkah yang akan diambil agar semua komponen yang diperlukan dapat dikelola yaitu :
a.       Melatih guru untuk memberikan informasi cara melakukan tindakan sesuai dengan rancangan.
b.      Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
c.       Menyusun prosedur pelaksanaan yaitu urutan kegiatan yang dilakukan oleh pelaku tindakan sesuai dengan cara yang telah ditetapkan.
d.      Mempersiapkan contoh-contoh perintah suruhan dan melakukan secara jelas.
e.       Melakukan modifikasi jika dipandang perlu.
f.       Mempersiapkan cara mengobservasi hasil beserta alatnya.
g.      Membuat skenario apa yang akan dilakukan guru dan apa yang dilakukan siswa dalam melakukan tindakan apa yang telah direncanakan.    
Jika semua hal di atas telah dipersiapkan maka skenario tindakan dapat dilaksanakan. Kegiatan ini merupakan tindakan awal atau “initial act” pada siklus pertama serta akan diikuti dengan langkah selanjutnya yaitu observasi dan refleksi.

IV.     KESIMPULAN
PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang (Daur Cylical) yang di dalamnya terdapat empat kegiatan utamanya itu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Menurut prof. Suhardjono dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas, menjelaskan bahwa secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut : mengedintifikasi dan menganalisis masalah secara jelas sehingga dapat dimengerti masalah apa yang akan diteliti, menetapkan alasan atau latar belakang  mengapa penelitian itu harus dilakukan, merumuskan masalah secara jelas baik dalam bentuk kalimat tanya maupun kalimat pertanyaan, menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan, menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator- indikator keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu, serta membuat secara rinci rancangan tindakan.
Beberapa hal yang harus dipahami dalam melaksanakan PTK diantaranya tidak mengganggu proses pembelajaran, harus dipersiapkan dengan rinci dan matang, tindakan harus konsisten dengan rancangan, masalah benar-benar ada dan dihadapi oleh guru, harus mengikuti etika kerja yang berlaku, dan dimulai dari permasalahan yang sederhana, jelas dan nyata.
langkah-langkah yang akan diambil agar semua komponen yang diperlukan dapat dikelola yaitu : melatih guru untuk memberikan informasi cara melakukan tindakan sesuai dengan rancangan, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, menyusun prosedur pelaksanaan yaitu urutan kegiatan yang dilakukan oleh pelaku tindakan sesuai dengan cara yang telah ditetapkan, mempersiapkan contoh-contoh perintah suruhan dan melakukan secara jelas, melakukan modifikasi jika dipandang perlu, mempersiapkan cara mengobservasi hasil beserta alatnya, membuat skenario apa yang akan dilakukan guru dan apa yang dilakukan siswa dalam melakukan tindakan apa yang telah direncanakan.

V.     PENUTUP
          Segala puji bagi Allah SWT. Atas rahmat-Nya yang telah mengizinkan hamba-Nya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam sistematika penulisan maupun isinya banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami semoga makalah ini memberikan banyak manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah pada khususnya. Amin.











DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk,. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT. BUMI AKSARA,. 2009.
Basrowi, M. dan Suwandi.  Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Bogor : Ghalia Indonesia.  2008.
Kusuma, Wijaya, dkk,. Mengenal penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Indeks.  2010.
Mulyasa, E.  Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.  2010.
Saminanto,. Ayo Praktik Penelitia Tindakan Kelas , Semarang : RaSail Media Group. 2010.
Sanjaya, Wina. , Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.  2009.