Tuesday, April 23, 2013

SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN



SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :  Metode Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu : Fatah Syukur M.Ag

iain-semarang

Disusun Oleh :
Zeni Ngindahul Masruroh       (103111106)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN
I.          PENDAHULUAN
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen. Karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instrumen.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila variabel penelitiannya lima, maka jumlah instrumen yang digunakan untuk penelitian juga lima. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunya skala. Untuk itu makalah ini akan menyajikan tentang skala pengukuran dalam penelitian.

II.       RUMUSAN MASALAH
A.       Apa Pengertian Skala Pengukuran?
B.        Apa Saja Jenis-jenis Skala Pengukuran?

III.    PEMBAHASAN
A.       Pengertian Skala Pengukuran
Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur, karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-angka.[1] Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg. Meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data kuantutatif panjang dengan satuan mm.
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Misalnya berat emas 19 gram, berat besi 100 kg, IQ seseorang 150. Selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap.[2]

B.        Jenis-jenis Skala Pengukuran
1.      Skala nominal
Skala nominal merupakan skala paling sederhana dari empat skala yang ada. Skala nominal memberikan suatu sistem kualitatif untuk mengkategorikan orang atau objek ke dalam kategori, kelas, atau klasifikasi. Skala nominal ini hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu mengidentifikasi dan membedakan. Sebagai contoh, jenis kelamin merupakan contoh skala nominal yang menandai seseorang, yakni laki-laki atau perempuan.
2.      Skala ordinal
Skala ordinal memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek sesuai dengan banyak atau kuantitas dari karakteristik yang dimilikinya. Pada skala ordinal, dimungkinkan untuk melakukan penghitungan (kuantifikasi) variabel-variabel yang diuji sehingga dapat memberikan informasi yang lebih substansial dibandingkan dengan skala nominal. Contoh dalam kelas kepelatihan yang terdiri dari beberapa trainee Adi, Budi, Santi, Eka, Fitri, dan Gina. Eka adalah siswa yang paling tinggi, diikuti kemudian oleh Adi dan Santi, sedangkan Gina adalah siswa yang paling pendek, yang agak tinggi Budi, dan diikuti kemudian oleh Fitri. Dalam analisis data, ada kemungkinan seorang pengembang ingin mengurutkannya dari variabel paling tinggi ke yang paling rendah, atau sebaliknya dari yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi. Untuk tujuan itu, mereka dapat melakukan analisis pada para trainee, kemudian diurutkan sesuai dengan keperluannya. Hasil yang dicapai di antaranya menjadi seperti berikut: Eka, Adi, Santi, Fitri, Budi, dan Gina.[3]
3.      Skala interval
Skala interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala nominal atau ordinal. Skala interval juga memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek seperti halnya skala ordinal, namun dengan unit yang sama. Melalui unit yang sama maka perbedaan antara unit-unit yang berdekatan pada skala itu ekuivalen. Misalnya, selisih skor antara 70 dan 71 adalah sama dengan selisih skor 50 dan 51 (92 dan 93, 37 dan 38, dan seterusnya).
Kebanyakan tes di bidang pendidikkan didesain untuk menghasilkan skor-skor interval. Perhatikan contoh skor untuk ketiga orang pada tes sikap berikut. Misalkan siswa A mendapat skor 100, siswa B mendapat skor 110, dan siswa C mendapat skor 120. Berdasarkan skor ketiga siswa tersebut, dapat dibuat beberapa kesimpulan. Pertama, skor siswa C merupakan skor tertinggi kemudian diikuti oleh siswa B dan A. Kedua, selisih skor siswa A dan siswa B (yakni 10 poin) ekuivalen dengan selisih skor siswa B dan siswa C (juga10 poin). Ketiga, selisih antara siswa A dan siswa C (yakni 20 poin) adalah dua kali lebih besar selisih antara siswa A dan siswa B (yakni 10 poin).[4]
4.      Skala rasio
Ukuran rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran di atas, ditambah dengan satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena itu maka ukuran rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala rasio menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 bayi, A, B, C, dan D mempunyai berat badan 1 kg, 3 kg, 4 kg, dan 5 kg, maka ukuran rasio dapat di gambarkan sebagai berikut.
                 A                                B                 C                   D
                            
        
                             0                 1               2                3                 4                     5

Dari gambar tersebut dapat dilihat dengan ukuran rasio, berat bayi C adalah 4 kali berat bayi A; berat bayi D adalah 5 kali berat bayi A; berat bayi C adalah 4/3 kali berat bayi B. Dengan perkataan lain, rasio antara C dan A adalah 4:1, rasio antara D dan A adalah 5:1, sedang rasio antara C dan B adalah 4:3. Interval antara A dan C adalah 4-1 = 3 kg dan berat bayi C adalah 4 kali berat bayi A.[5]

Dari keempat data di atas akan diperoleh data nominal, ordinal, interval dan ratio. Adapun berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian pendidikan antara lain adalah:

a.       Skala likert
Skala Likert adalah skala yang dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena pendidikan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a.    Sangat baik
1)     Sangat setuju
a)          Selalu
b.   Baik
2)     Setuju
b)         Sering
c.    Ragu-ragu
3)     Ragu-ragu
c)          Ragu-ragu
d.   Tidak baik
4)     Tidak setuju
d)         Kadang-kadang
e.    Sangat tidak baik
5)     Sangat tidak setuju
e)          Tidak pernah

Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
1)         Contoh bentuk checklist:
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan member tanda (Ö) pada kolom yang tersedia.
No
Pertanyaan
Jawaban
SS
ST
RG
TS
STS
1


2
Sekolah ini akan menggunakan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik
.................................


Ö



           



2)         Contoh bentuk pilihan ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tangda silang pada nomor jawaban yang tersedia.
Kurikulum baru 2013 akan segera diterapkan di lembaga pendidikan anda?
a.       Sangat tidak setuju
b.      Tidak setuju
c.       Ragu-ragu
d.      Setuju
e.       Sangat setuju
b.      Skala guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak”; “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada skala guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” dan “tidak setuju”. Pennelitian menggunakan skala guttman dilakukan bila ingin mmendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terrendah nol. Misal untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0.
Contoh:
Bagaimana pendapat anda, bilan orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini?
a.       Setuju
b.      Tidak setuju
c.       Semantic defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial dikembangkan olleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
Contoh: Nilai gaya kepemimpinan Kepala Sekolah
Bersahabat         5          4          3          2          1          Tidak bersahabat
Tepat janji          5          4          3          2          1          Lupa janji
Bersaudara         5          4          3          2          1          Memusuhi
Memberi pujian  5          4          3          2          1          Mencela
Mempercayai      5          4          3          2          1          Mendominasi
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap Kepala Sekolah itu sangat positif, sedang bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap Kepala Sekolah sangat negatif.
d.      Rating scale
Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scale responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif  yang telah disediakan. Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating scale, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya responden memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 2 bagi orang lain yang juga memiliki jawaban angka 2.
Contoh:
Seberapa baik ruang kelas di sekolah C?
Berilah jawaban dengan angka:
4        Bila tata ruang itu sangat baik
3    Bila tata ruang itu cukup baik
2    Bila tata ruang itu kurang baik
1        Bila tata ruang itu sangat tidak baik
Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.[6]
No.
Item
Pernyataan tentang tata ruang kelas
Interval jawaban
1.

2.
3.
Penataan meja murid dan guru sehingga komunikasi lancar
Pencahayaan alam tiap ruang
Kebersihan ruangan
4     3     2     1

4     3     2     1
4     3     2     1


IV.    ANALISIS
Pengumpulan data adalah pengumpulan keterangan kuantitatif mengenai suatu keadaan pada tiap-tiap objek. Pengumpulan data dengan cara demikian dilakukan dengan melakukan pengukuran atas objek-objek yang di ukur pada gejala tertentu. Pengumpulan data dengan melakukan pengukuran memungkinakan data diubah menjadi skor-skor kuantitatif. Kenyataan baik alam maupun sosial melimpah gejala yang kompleks, rumit, acak, dan tidak beraturan sehingga tidak dapat dijelaskan. Dalam penelitian kuantitatif, gejala yang tidak beratutan itu disederhanakan dalam ukuran yang terukur dan dapat diobservasi, sehingga darinya dapat dikumpulkan data (kuantitatif). Dari data yang dikumpulkan kemudian dapat dilakukan pembuktian hubungan antara satu gejala dengan gejala yang lain.
Pengukuran dalam pendidikan melibatkan objek-objek yang terdapat dalam proses pendidikan. Objek-objek dalam pengukuran pendidikan dikenal sebagai responden. Responden dalam pengukuran pendidikan dapat berupa manusia pelaku pendidikan atau hasil karya manusia pelaku pendidikan.Manusia pelaku pendidikan dapat berupa siswa, guru, kepala sekolah, karyawan, pengurus yayasan, pengawas, komite sekolah, pengguna lulusan, dan sebagainya. Dari siswa misalnya dapat diukur dalam variabel usia, jenis kelamin, agama, minatbelajar, prestasi belajar, kecerdasa,. Kreativitas dan sebagainya. Hasil karya manusia pelaku pendidikan misalnya dapat berupa kurikulum, sistem evaluasi, media pembelajaran, metode mengajar dan sebagainya.

V.       KESIMPULAN
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Jenis-jenisSkalaPengukuranadaempat, yaituskala nominal, skala ordinal, skala interval danskala ratio.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian pendidikan antara lain; skalalikert, skalaguttman, Semantic defferensial,danRating scale.

VI.    PENUTUP
Demikan makalah yang dapat kami susun, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, supaya pada penyusunan makalah di quarter berikutnya bisa lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Amin..
DAFTAR PUSTAKA

Kusaeri dan Suprananto.Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.2012. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nazir, Moh. Metode Penelitian. 2005. Bogor: Ghalia Indonesia
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan. 2010. Bandung: Alfabeta
Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. 2010. Bandung: PT Remaja Rosdakarya