Monday, July 8, 2013

Artikel Pendidikan

MAU DIBAWA KEMANA KURIKULUM 2013 INI ?
Oleh: Zeni Ngindahul Masruroh
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo

Kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam suatu periode jenjang pendidikan. Kurikulum disusun sesuai keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan serta kebutuhan lapangan kerja.
Kurikulum pendidikan di nusantara ini selalu mengalami perubahan. Terjadinya perubahan kurikulum sudah menjadi hal yang sangat wajar. Evaluasi dan perubahan atas kurikulum adalah suatu keniscayaan bahkan keharusan. Setiap kurikulum pasti dilakukan penggantian, perubahan, perbaikan, pengembangan, penyempurnaan, atau apa pun namanya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan yang ada di Indonesia agar tidak tertinggal dengan bangsa-bangsa yang lain.
Tercatat sejak tahun 1945 sampai sekarang (68 tahun), kurikulum pendidikan Indonesia telah berganti sebanyak sembilan kali. Di zaman Orde Lama terdapat tiga kurikulum; tahun 1947, tahun 1952, dan tahun 1964. Di zaman Orde Baru lahir empat kurikulum; tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, dan tahun 1994. Pada masa reformasi lahir dua kurikulum; tahun 2004 dengan sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan tahun 2006 dengan sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Dan yang sekarang ini sedang marak dibicarakan adalah dimana pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil keputusan untuk mengubah (lagi) kurikulum pendidikan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013.
KTSP yang mulai diterapkan tahun 2006 sebagai hasil evaluasi atas Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diterapkan tahun 2004, kini akan diganti dengan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013  yang akan direalisasikan pada tahun ajaran baru 2013/2014 ini.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dikembangkan pada tahun 2004 lalu, yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Dalam kurikulum 2013 ini banyak mata pelajaran yang di hapus seperti mata pelajaran TIK, Bahasa Jerman, Perancis, Jepang, dan Mandarin juga dihapus. Mata pelajaran bahasa tersebut hanya boleh diajarkan pada sekolah yang memiliki jurusan bahasa sebagai peminatan. Selain itu, pada kurikulum 2013 tidak ada lagi mata pelajaran bahasa inggris di tingkat SD. Sementara, untuk pelajaran Bahasa Inggris di tingkat SMP dan SMA, waktunya dikurangi dari yang semula 180 menit menjadi 90 menit.
Di Sekolah Dasar, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial keduanya akan digabung menjadi satu mata pelajaran bernama Pengetahuan Umum. Dengan demikian mata pelajaran di tingkat Sekolah Dasar hanya memuat tujuh mata pelajaran yaitu; Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan dan Pengetahuan Umum.
Pemberlakuan kurikulum baru ini menurut pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus dilaksanakan secepatnya di tahun ajaran baru nanti. Dengan adanya kebijakan pemerintah melalui Kemendikbud untuk segera merealisasikan kurikulum 2013 ini di tahun ajaran baru nanti ternyata banyak guru yang belum mengetahuinya. Ini merupakan PR tersendiri bagi pemerintahan untuk mensosialisasikannya pada para guru yang ada di seluruh nusantara. Dimana guru adalah objek yang sangat berperan dan bertanggung jawab dalam penerapan kurikulum tersebut.
Dalyono, 2009. Dalam bukunya Psikologi Pendidikan setidaknya ada empat aspek kompetensi guru yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi pelaksanaan kurikulum 2013. Pertama, kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar; kompetensi pedagogik terkait dengan metodologi pembelajaran. Kedua, kompetensi akademik (keilmuan), ini juga penting, karena guru sesungguhnya memiliki tugas untuk bisa mencerdaskan peserta didik dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. Jika tidak, maka peserta didik tidak akan mendapatkan ilmu pengetahuan apa-apa. Ketiga, kompetensi sosial. Guru sebaiknya memiliki kompetensi sosial, karena ia tidak hanya dituntut cerdas dan bisa menyampaikan materi keilmuannya dengan baik, tapi juga dituntut untuk secara sosial memiliki komptensi yang memadai, baik terhadap teman sejawat, peserta didik maupun lingkungannya. Keempat, kompetensi manajerial atau kepemimpinan. Pada diri gurulah sesungguhnya terdapat teladan, yang diharapkan dapat dicontoh oleh peserta didiknya. Seperti pada slogan pendidikan yang diajarkan oleh ki Hajar Dewantoro: Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso dan Tutwuri handayani.

Dengan berbagai perubahan kurikulum tersebut, tentunya seorang guru harus mempersiapkannya secara matang dan mengetahui seperti apa dan kapan perubahan kurikulum itu dilaksanakan. Bila guru tidak mengetahui kapan perubahan kurikulum diterapkan dalam pembelajarn, tentu membuat guru kesulitan dalam menentukan metode pembelajaran. Dan hal ini juga akan berdampak pada peserta didik dimana peserta didik tertinggal dalam pembelajarannya.

JAM KARET MERUBAH DUNIA


Waktu sangatlah berharga bagi seluruh elemen manusia. Tanpa adanya waktu tentu kita tidak akan bisa memanage kegiatan kita dalam kurun waktu sehari, dua hari, seminggu, sebulan bahkan bertahun-tahun. Lantas bagaimana kalau kita mengulur-ulur waktu? Akankah kegiatan yang sebelumnya kita playning dapat terlaksana dengan baik?
Seringkali dalam suatu kegiatan pembelajaran, seminar bahkan rapat sekalipun tidak luput dengan yang namanya molor alias jam karet. Al hasil banyak orang yang datang terlambat saat kegiatan dengan alasan “buat apa datang tepat waktu, paling-paling jamnya juga molor”. Kalau sudah seperti ini semua elemen tidak ada yang mau disalahkan dan tidak ada yang mau bertanggungjawab. Padahal semua elemen yang ada didalamnya merupakan orang yang salah dan harus bertanggungjawab. Dengan kemoloran waktu tentunya banyak agenda yang terbengkalai. Namun banyak orang mengabaikan hal ini karena bagi mereka jam karet sudahlah membudaya dan mengakar sehingga sulit untuk dihilangkan. Dapat dilihat rapat anggota dewan yang seharusnya dimulai jam 09.00 berubah menjadi jam 10.00, dan rapatpun tentu akan selesai tidak tepat dengan waktu yang telah ditentukan. Sehingga sebelum rapat paripurna banyak dijumpai orang-orang berlalu lalang ijin meninggalkan rapat dengan alasan ada kegiatan lain yang juga lebih penting dan tidak bisa ditinggalkan. Dengan demikian tentu hasil rapat itu tidak akan maksimal. Dampaknya bukan hanya dalam satu organisasi itu saja, tapi berdampak bagi semua elemen termasuk rakyat.

Budaya semacam ini seharusnya dihapuskan dari bumi pertiwi. Apabila terus dibiarkan tentu akan memberi dampak buruk bagi perkembangan budaya Indonesia selanjutnya. Budaya jam karet bisa dihapus mulai dari hal-hal yang kecil seperti, makan tepat waktu, masuk kelas tepat waktu, shalat tepat waktu dll. Hal-hal kecil semacam ini sering kali diabaikan, padahal hal-hal yang besar berangkat dari hal-hal yang kecil.

BERITA

BERITA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pendidikan Jurnalistik
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, MSI
 






Disusun Oleh:
Wulan Agustina                      (103111105)
Zeni Ngindahul Masruroh       (103111106)
Elly Lutfiyah                           (103111111)
                                               

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012


 


BERITA
       I.            PENDAHULUAN
Berita merupakan nyawa dari media massa. Keberadaan media massa, baik pada awal kelahirannya, masa perkembangannya, maupun sampai di era kejayaannya sekarang ini sehingga memasuki era informasi, bukan saja penting tetapi juga sangat menentuan arah peradaban umat manusia. Dengan demikian, berita yang memberi hidup media massa. Tanpa berita, media massa tidak akan bermakna apa pun. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa.)
Tidak diragukan lagi bahwa informasi berita sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan hidup manusia, karena itu peranannya sangat luar biasa. Kita semua banyak sekali menerima informasi setiap hari, namun, apakah semua informasi tersebut adalah berita yang dapat disiarkan di media massa. Dalam hal ini berita adalah informasi tetapi tidak semua informasi adalah berita. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai seluk beluk sebuah informasi bisa dikategorikan sebuah berita, maka pada makalah ini akan di paparkan mengenai apakah pengertian dari berita itu sendiri dan bagaimana bentuk, macam, sumber serta teknik menulis sebuah berita tersebut.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah Pengertian Berita?
B.     Apa Saja Bentuk-Bentuk Berita?
C.     Bagaimana Macam Berita dan Sumbernya?
D.    Bagaimana Teknik Menulis Berita?

 III.            PEMBAHASAN
A.       Pengertian Berita
Sebelum pembahasan tentang bagaimana suatu proses pengolahan hingga penulisan berita dapat dilakukan, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyamakan pendapat tentang pengertian berita itu sendiri. Hal tersebut sangat penting agar pembahasan tentang objek dapat dikatagorikan berbobot berita, tidak lagi menjadi masalah yang diperdebatkan. Berikut adalah beberapa pengertian tentang berita dari berbagai sumber yang kiranya dapat dijadikan sebagai acuan.
Kamus hanya mengartikan “news” sebagai a report of, or information abaout recent events (suatu laporan tentang, atau informasi mengenai peristiwa baru). Ada unsur laporan, informasi (pemberitahuan) dan baru.
Untuk lebih memahami isi kamus tersebut, agaknya definisi yang dikemukakan oleh beberapa orang dibawah ini bisa membawa pengertian yang lebih utuh. William S. Maulsby yang mengatakan: “Berita bisa didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti yang penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca berita di surat kabar tersebut.”
Eric C. Hepwood yang memberikan batasan: “Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum.”[1]
Dean M. L Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Writings menyatakan bahwa: “Berita dapat didefinisikann sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah pembaca.”
Sedangkan Mitchel V. Charnley dalam bukunya Reporting edisi III menyebutkan: “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.”
Masih banyak para ahli di bidang jurnalistik lain yang memberikan pengertian tentang berita, namun hampir semuanya sependapat bahwa unsur-unsur yang terkandung di dalam suatu berita meliputi cakupan dari pendapat-pendapat tersebut seperti: fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah pembaca, pendengar maupun penonton merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “Berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik pembaca, pendengar maupun penonton.”[2]
Untuk memahami berita, poin-poin berikut ini penting untuk diketahui:
1.         Berita harus faktual, tetapi tidak semua fakta adalah berita.
2.         Berita mungkin berupa opini, khususnya dari tokoh atau otoritas di bidang tertentu.
3.         Berita utama adalah tentang orang, tentang apa yang mereka katakan dan lakukan.
4.         Berita tidak selalu berupa laporan kejadian terkini.
5.         Apa-apa yang merupakan berita penting bagi satu komunitas atau universitas mungkin tidak penting atau kurang penting atau bahkan tidak punya nilai berita bagi komunitas atau bagi universitas lain.
6.         Apa-apa yang menjadi berita di satu komunitas atau universitas mungkin juga merupakan berita bagi setiap komunitas atau universitas lainnya.
7.         Apa-apa yang hari ini menjadi berita sering kali sudah bukan berita lagi keesokan harinya.
8.         Apa yang dianggap berita oleh seseorang belum tentu dianggap berita pula oleh orang lain.
9.         Dua faktor yang penting bagi berita, daya tarik dan arti penting, tidak selalu sinonim.[3]

B.       Bentuk-Bentuk Berita
Berita di media cetak dan media elektronik bentuknya berbeda, meskipun pada dasarnya sama, seperti menggunakan ketentuan 5W + H.
1.      Berita media cetak
Berita di media massa cetak ialah berita yang terdapat di dalam surat kabar, majalah, tabloid, bulletin. Berita-berita tersebut berbentuk tulisan dan gambar tak bergerak (foto).
a.       Berita surat kabar
Beberapa bentuk umum berita media cetak, terutama surat kabar, menurut Assegaf (1983) dan Supriyanto (1986) adalah sebagai berikut:
1)      Spot News (berita singkat)
Spot News merupakan berita yang  ditulis secara singkat karena tidak besar daya tarik berita atau tidak besar dampak berita itu bagi masyarakat. Misalnya seputar daerah, criminal singkat, cuplikan olehraga, dan lain-lain

2)      Straight news (berita langsung)
Straight news merupakan berita yang cukup penting, biasanya berasal dari kejadian dan atau pernyataan (komentar) dari satu, dua narasumber atau lebih. Di dalam straight news dikenal bentuk piramida terbalik. Dalam kaitannya dengan piramida terbalik, berita tersebut dapat dipilah-pilah menjadi berita: sangat penting, penting, agak penting, dan tidak penting.
3)      Spot press (berita mendadak)
Spot press merupakan berita yang diperoleh mendadak, namun penting sehingga diberitakan secara khusus. Penulisannya pendek saja dan pada pemberitaan (penerbitan) berikutnya diungkap lebih lengkap. Biasanya berita ini diperoleh menjelang batas waktu pencetakan (media cetak) atau peneyangan (media elektronik)
4)      Stopper (berita penutup)
Stopper merupakan berita yang hanya ditulis pendek karena dari data yang diperoleh memang sudah tidak mungkin dikembangkan lagi dan biasanya digunakan sebagai penutup halaman (media cetak) atau menghabiskan waktu siaran (media elektronik)
5)      Depth news (berita mendalam)
Selain in depth reporting atau depth news, berita bentuk ini juga ada yang menyebutnya berita komprehensif (comprehensive news). Hal ini merupakan berita yang ditulis lengkap dan mendalam (biasanya digali secara tim). Berita digali dari kasus tertentu kea rah latar belakang penyebab kasus tersebut (investigative) dan kearah akibat (depan) dan kasus tersebut (interpretative). Penulisan berita seperti ini dilakukan karena pentingnya berita tersebut diungkap dan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat.
6)      Analysis news (berita analisis)
Analysis news merupakan berita yang penulisannya dilengkapi dengan analisis dari redaksi redaksi tersebut atau orang luar redaksi (pakar media tersebut). Biasanya berita ini menarik, meskipun terkadan tidak terkait dengan kepentingan hajat orang banyak.

7)      Feature (berita kisah)
Sebenarnya belum ada definisi yang pasti dari berita kisah (feature) ini. William R. Rivvers menyebutkan, kisah atau fakta “telanjang” disebut berita; tajuk rencana, kolom dan tinjauan disebut artikel.
b.      Berita Tabloid dan Majalah
Tabloid dan Majalah jarang menulis spot news atau straight news, tetapi lebih sering depth news, feature, dan analysis news. Bahkan tidak jarang merupakan gabungan antara berita mendalam (depth news) yang ditulis bergaya feature atau analysis news yang ditulis bergaya feature.

2.      Berita media elektronik
a.       Berita Radio
Penayangan berita dimedia radio, dikemukakan Romli (2004) agak berbeda dengan media cetak karena media radio dapat melakukan siaran langsung (live) dari lokasi kejadian atau bisa pula dengan membaca berita di studio. Beberapa bentuk media elektronik meliputi berikut:
1)         Laporan langsung dari lokasi kejadian
2)         Sound bite (potongan suara) merupakan potongan wawancara yang disiarkan dalam program berita.
3)         Baca naskah merupakan naskah yang ditulis terlebih dahulu (seperti di media cetak), kemudian dibacakan penyaji berita.[4]
Kekuatan radio terletak pada suara yang di dengar oleh khalayak. Channel (saluran) dalam proses komunikasi melalui radio adalah suara dan pendengaran publik. Oleh karena itu berita di radio, sebagaimana program siaran radio, harus memperhatikan apa yang disebut sebagai “kualitas suara” agar tidak menjadi hambatan komunikasi yang menimbulkan salah pengertian. Hal ini berhubungan erat denmgan identitas radio sebagai media auditif.
Berpijak pada karakteristik tersebut, selain persyaratan umum atas sebuah berita, berita di radio secara mendasar memiliki persyaratan khusus yaitu:
a)      Tidak salah dalam hal substansi (isi). Oleh karena itu, sebelum diberitakan, baik redaktur maupun penyiar berota harus melakukan check recheck beberapa kali karena berita radio tidak mengenal “ralat” seperti di media massa cetak. Misalnya sang penyiar mengucapkan kalimatL: “Maaf, dalam berita yang kemarin kami siarkan pada pukul dua belas itu terdapat kesalahan ucap, seharusnya nama pembunuhnya bukan Nuubis melainkan Lubis”.
b)      Kejelasan sumber berita. Jika dalam surat kabar diperbolehkan menyebut “menurut sumber yang layak dipercaya’ atau “menurut orang dekatnya”, maka hal itu dilarang keras dalam berita radio. Siapa “sumber yang layak dipercaya” itu, siapa “orang dekatnya” itu harus disebut nama mereka dengan jelas. Jika tidak berani menyebut maka tidak usah dijadikan sumber berita.
c)      Menjunjung kesusilaan. Meskipun tetap berdasarkan fakta, namun harus disampaikan dengan ungkapan yang menjunjung kesusilaan. Misalnya ada fakta bahwa seorang presiden memaki para demonstran dengan ucapan: “Kalian ini bajingan tengik, tidak tahu aturan, dibayar orang yang tidak menyukai saya”. Fakta ini sebaiknya dikemas dengan kalimat, misalnya “Presiden sempat memarahi para demonstran”.[5]

b.      Berita Televisi
Sebagai media elektronik, penayangan berita di televisi mirip dengan radio, tetapi tetap ada perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada penayangan gambar yang tidak bisa dilakukan radio. Penayangan televisi terdiri atas berikut:
1)      Laporan langsung
Reporter melakukan laporan atau penayangan secara langsung dari lokasi kejadian.
2)      Insert (sisipan), sama seperti sound bite pada radio, dengan menampilkan wawancara pada program siaran berita. Bedanya, bila pada radio yang ditampilkan hanya potongan suara, bagi televise tentu juga gambar orang yang diwawancarai.
3)      Naskah bacaan
Merupakan naskah yang ditulis terlebih dahulu (seperti di media cetak), kemudian dibacakan penyaji berita. Namun biasanya, penyaji berita hanya membaca berita (lead atau intro berita), sedangkan isi beritanya merupakan suara reporter yang dilengkpi gambar tayangan tentang berita tersebut.[6]
Selain syarat-syarat pada umumnya yaitu bersifat audio dan visual, berita-berita di televisi minimal mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
a)      Kaya akan gambar bergerak. Audience (khalayak) TV adalah mereka yang membutuhkan gambar sebagai suatu relity. Mungkin mereka sudah membaca Koran atau mendengar siaran berita radio, namun mereka akan merasa puas bila suatu berita diperkaya ndengan gambar-gambar bergerak.
b)      Lebih singkat dan to the point. Hal ini disebabkan oleh durasi (jam siaran) yang terbatas. Pilihan kata dan kalimat harus hemat, tidak bertele-tele. Bahsa yang digunakan memang bahasa baku namun tidak kaku dan tidak memasukkan istilah-istilah yang masih asing di telinga masyarakat luas.
c)      Efektif. Artinya, pesan atau isi berita harus bisa dimengerti oleh khalayak. Selain penggunaan bahasa yang dipahami masyarakat luas, juga pemilihan atas berita yang disampaikan, prinsip kedekatan tempat dan kepentingan khalayak tentu merupakan pertimbangan utama sehingga menimbulkan minat bagi khalayak untuk mengikuti suatu siiaran berita TV.[7]

3.      Berita media online
Penulisan dan penayangan berita online hampir sama dengan penulisan dalam media cetak, khususnya surat kabar. Namun, perbedaannya dalam pola pemuatannya, di mana medianya adalah di internet. Umumnya, ketika berita online dibuka, awalnya hanya muncul judul dan lead atau intro berita. Bila ingin mengetahui lebih jauh, pembaca atau pemirsa internet harus membuka (meng-klik) halaman atau link lanjutannya.[8]

C.       Macam Berita dan Sumbernya
1.      Macam Berita
Berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative Reports (laporan penyelidikan).
a.      Hard News
Hard News (berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita tersebut misalnya tentang diberlakukannya suatu kebijakan baru pemerintah. Ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu harus segera diberitakan.
Secara umum pada hard news data masih mudah untuk diperoleh, Karena semunya masih bisa transparan walaupun dalam beberapa kasus juga dialami oleh para reporter untuk menggali data yang sebenarnya. Hal semacam itu terjadi biasanya pad saat adanya bencana kebocoran gas beracun yang menimbulkan kematian banyak orang.
b.      Soft News
Soft News (berita ringan) seringkali disebut juga dengan feature yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Berita-berita semacam ini lebih menitikberatkan yang menakjubkan atau mengherankan pemirsa. Ia juga menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau mungkin menimbulkan simpati. Objeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat atau apa saja yang menarik perhatian pemirsa.
Bagi televisi, barita ringan ini sangat diperlukan dalam setiap penyajian bulletin berita. Hal ini karena berita ringan juga dapat berfungsi sebagai selingan diantara berita-berita berat yang disiarkan pada awal sajian. Secara psikologis, pemirsa yang mendapatkan sajian berita berat dari awal hingga akhir akan merasa tegang karena itu perlu interval.
c.       Investigative Reports
Investigative Reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Sehingga penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan energi reporternya.
Berita penyelidikan ini sangat menarik karena cara mengungkapkannya pun tidak mudah. Seorang reporter untuk dapat melakukan tugas harus memiliki banyak sumber orang-orang dalam yang mendapat jaminan untuk tidak terekspos karena keselamatan diri mereka.[9]

2.      Sumber Berita
Sumber-sumber berita ialah sesuatu yang melahirkan berita. Sesuatu itu bisa merupakan manusia, tempat dan bisa pula alam dan peristiwa. Para pemburu berita yang dikenal sebagai wartawan itu slalu mewaspadai sumber-sumber berita tersebut dalam arti menanti kelahiran berita dari sumber-sumbernya.
a.       Manusia sebagai sumber berita
Tidak semua manusia merupakan sumber berita. Sungguh sulit dibayangkan jika setiap manusia menjadi sumber berita, sebab tidak mungkin para wartawan mewaspadai setiap manusia. Oleh karena itu dalam konteks sumber berita, para wartawan menggolongkan manusia sebagai berikut:
1)      Pemimpin dunia (para kepala Negara/pemerintahan dari Negara-negara besar atau tokoh-tokoh kharismatik dari Negara-negara berpengaruh). Contoh: Presiden AS George W. Bush dan Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew. Segala kegiatan dan peryataan mereka bisa menjadi berita.
2)      Kepala Negara/pemerintahan dan tokoh-tokoh yang “berseberangan” dengan para pemimpin dunia tersebut di atas. Contoh: Presiden Lybia Moammar Khadafi, Presiden Irak Saddam Hussein (sebelum diserbu AS), Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad, Pemimpin Al-Qadiah Usamah bin Ladin.
3)      Tokoh-tokoh popular yang mengabdikan diri demi bangsa ataupun kemanusiaan. Contoh: Presiden Palestina Yasser Arafat dan mendiang Bunda Theresa.
4)      Pemimpin-pemimpin perlawanan atas suatu rezim atau pemerintah. Contoh: Aung San Suu Kyi di Myanmar, Nur Misuari di Filipina dan Tenku Abdullah Syafei (alm) di Aceh.
5)      Perorangan yang tindakannya menggemparkan dunia ataupun masyarakat setempat. Contoh: para penemu ilmu pengetahuan aau penemu benda-benda bersejarah, para pembunuh, koruptor dan sebagainya.
6)      Pemimpin-pemimpin organisasi politik, keagamaan dan kemasyarakatan.
7)      Para pelaku sejarah yang masih hidup.
8)      Para saksi mata suatu peristiwa yang menjadi berita.
9)      Korban-korban suatu peristiwa.
10)  Para selebriti internasional, regional, lokal.
11)  Lain-lain.

b.      Tempat sebagai sumber berita
Tempat dalam pengertian ini adalah tempat terjadinya peristiwa yang menjadi berita dan tempat yang berpeluang besar bagi lahirnya berita. Dalam pengertian pertama tempat tersebut bisa berada dimana-mana, bahkan di tempat terpencil yang tak pernah dikena oleh masyarakat. Misal suatu desa terpencil tiba-tiba menjadi penuh sesak oleh wartawan dan menjadi bahan penulisan para wartawan dalam bentuk “profil desa” Karena desa itu dijadikan tempat persembunyian pelaku tindak kejahatan besar.
Tempat dalam pengertian kedua yaitu tempat yang berpeluang  besar bagi lahirnya berita, sudah menjadi daftar dalam catatan para wartawan. Tempat-tempat ini menjadi pusat kegiatan manusia sebagai sumber berita, misalnya istana presiden, balai kota, tempat rekreasi dan sebagainya.

c.       Alam dan peristiwa sebagai sumber berita
Sebenarnya alam termasuk tempat. Namun ada alam yang tidak berbentuk tempat, misalnya planet yang tidak dihuni manusia, kutub utara dan kutub selatan, kedalaman laut dan puncak gunung tertinggi. Kondisi cuaca, gempa bumi dan badai juga menjadi bagian dari alam yang menjadi sumber berita.
Pada umumnya para wartawan tidak memiliki kemampuan untuk langsung meliput alam tersebut. Oleh karena itu mereka menggunakan bantuan pihak lain, misalnya para pakar atau lembaga-lembaga yang memiliki pengetahuan dan peralatan canggih untuk meliput perkembangan alam sebagai sumber berita.[10]

D.       Teknik Menulis Berita
Mencari berita (news hunting, news getting, atau news gathering) disebut juga meliput bahan berita adalah salah satu tahap proses penyusunan naskah berita (news processing), selain proses perencanaan berita (news processing) proses penulisan naskah (news writing), dan proses penyuntingan naskah (news editing). Tepatnya, meliput berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat redaksi itu diputuskan untuk memuat profil seorang artis. Maka segera setelah itu dilakukan wawancara dengan artis tersebut. Wawancara itulah yang dinamakan news hunting.
Ada tiga teknik peliputan berita, yakni reportase, wawancara, riset kepustakaan (studi literature).
1.      Reportase
Reportase adalah kegiatan jurnalistik berupa meliput langsung ke lapangan, ke “TKP” (tempat kejadian perkara). Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian/peristiwa, lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Fakta dan data yang dikumpulkan harus memenuhi unsure-unsur 5W+1H –What (peristiwa apa), Who (siapa yang terlibat dalam peristiwa itu), Where (dimana kejadiannya), When (kapan kejadiannya), Why (mengapa peristiwa itu terjadi), dan How (bagaimana proses kejadiannya).
Peristiwa yang diliput harus bernilai jurnalistik atau bernilai berita (news values), yakni aktual, faktual, penting  dan menarik.
2.      Wawancara
Semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview) dengan sumber berita atau narasumber (interviewee). Wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber.
3.      Riset Kepustakaan
Riset kepustakaan (studi literatur) adalah teknik peliputan atau pengumpulan data dengan mencari klipping Koran, makalah-makalah atau artikel Koran, menyimak brosur-brosur, membaca buku atau menggunakan fasilitas search engine di internet.[11]
Agar berita yang ditulis itu memadai untuk dibaca oleh para pembaca, diperlukan sedikit teknik penulisan berita. Berikut ini adalah beberapa teknik penulisan berita yang dapat menjadi panduan dasar bagi para jurnalis:
a.         Judul berita dibuat seringkas mungkin dengan kalimat pendek dan jelas, namun tetap dapat menggambarkan inti berita secara keseluruhan. Judul yang dibuat menarik tentu akan lebih membuat pembaca tertarik pada isi berita itu.
b.        Jangan lupakan unsur 5W + 1H (Apa/What, dimana/Where, Kapan/When, Mengapa/Why, Siapa/Who dan Bagaimana/How). Kumpulkan bahan berita selengkap mungkin dari nara sumber yang valid. Dalam menulis berita, bahan dan nara sumber menjadi hal yang sangat penting untuk dicantumkan, sehingga tulisan itu dianggap akurat, faktual, dan bertanggung jawab.
c.         Susunlah berita sehingga dapat disajikan dengan informasi yang akurat, jelas dan menarik. Bahasa jurnalistik bukan sekedar menyampaikan informasi dengan benar dan jelas, seperti layaknya sebuah karya tulis, tesis, atau sejenisnya. Bahasa yang dipakai dalam jurnalistik mestilah dapat menarik bagi pembaca. Susunan berita yang disajikan secara kronologis dapat membuat pembaca mengikuti seolah-olah berita itu suatu cerita, dibandingkan berita yang disajikan dengan susunan yang melompat-lompat, atau tidak selesai.
d.        Bahasa menjadi elemen yang penting dalam berita. Gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca dari beragam kalangan. Jika narasumber memberikan keterangan dengan kalimat atau istilah asing yang kurang dimengerti, seorang reporter yang baik akan menerjemahkannya menjadi kalimat yang mudah dimengerti oleh pembaca. Prinsipnya sederhana, makin sederhana makin baik, tanpa mengorbankan nilai berita.
e.         Menulis berita, berarti menyajikan informasi secara akurat sesuai dengan fakta. Berita, bukanlah opini atau pandangan subyektif, melainkan urutan dari fakta-fakta. Sekalipun begitu, opini atau pandangan subyektif satu pihak, dapat diangkat menjadi judul sebuah berita. Penulisan berita yang disukai adalah penulisan yang bukan "menggurui" namun "memperlihatkan/menyajikan". Dalam bahasa Inggris prinsip ini disebut "Don't tell, but show".
Panduan atau teknik ini bukanlah merupakan aturan yang mutlak, namun patut dicoba dan dilatih sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis dan berbahasa bagi para jurnalis.[12]

 IV.            ANALISIS
Berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik pembaca, pendengar maupun penonton. Berita merupakan informasi yang sangat penting bagi kehidupan kita. Berita harus disampaikan secara aktual, akurat dan dapat dipercaya.  Suatu peristiwa ataupun pernyataan tidak mungkin menjadi berita jika tidak memiliki nilai berita berupa: informasi, klarifikasi, memperluas wawasan, melahirkan konflik, meredam konflik, menyebarkan keadilan dan kebenaran, dan menyelesaikan masalah. Dewasa ini banyak media massa yang menyiarkan berita tentang segala sesuatu, di televisi misalnya hampir semua stasiun televisi menyajikan berita. Seperti liputan 6, breaking news, headline news, buletin dan lain-lain. Dengan terbuka luasnya kebebasan pers di Indonesia, masyarakat dapat mengetahui ketimpangan apa saja yang sedang terjadi di bumi pertiwi ini. Media massa juga diberi kebebasan meliput rapat kerja dewan permusyawaratan daerah, dewan perwakilan daerah dan hal-hal yang bersangkutan dengan Negara. Pers juga meliput pasang surutnya ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia sehingga mempermudahkan bagi para pengusaha dalam mengamati perubahan ekonomi.

    V.            KESIMPULAN
Para ahli di bidang jurnalistik memberikan pengertian tentang berita, namun hampir semuanya sependapat bahwa unsur-unsur yang terkandung di dalam suatu berita meliputi: fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah pembaca, pendengar maupun penonton merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dari pendapat para ahli jurnalistik, dapat disimpulkan bahwa “Berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik pembaca, pendengar maupun penonton.
Bentuk-bentuk berita meliputi berita dari media cetak, berita media elektronik, dan media online. Berita media cetar terdiri dari surat kabar, tabloid dan majalah. Berita media elektronik terdiri dari radia dan televisi.
Pada umumnya berita dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative Reports (laporan penyelidikan). Sedangkan berita dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu berita bersumber dari manusia, tempat, alam dan peristiwa.
Dalam peliputannya, berita mempunyai tiga teknik peliputan berita, yakni reportase, wawancara, riset kepustakaan (studi literature). Beberapa teknik penulisan berita yang dapat menjadi panduan dasar bagi para jurnalis adalah:
1.         Judul berita dibuat seringkas mungkin dengan kalimat pendek dan jelas, namun tetap dapat menggambarkan inti berita secara keseluruhan.
2.         Terdapat unsur 5W+1H
3.         Susunlah berita sehingga dapat disajikan dengan informasi yang akurat, jelas dan menarik.
4.         Gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca dari beragam kalangan.
5.         Tidak "menggurui" namun "memperlihatkan/menyajikan".




 VI.            PENUTUP
Demikan makalah yang dapat kami susun sekaligus kami presentasikan di hadapan para auidience. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena memang pada hakekatnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah Azza wa Jalla. Untuk itu, kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, supaya pada penyusunan makalah di quarter berikutnya bisa lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Amin.























LAMPIRAN CONTOH BERITA

Berikut ini akan dipublikasikan beberapa contoh berita kepada Anda, dimana contoh berita ini terdiri dari berbagai jenis berita, baik berita kecelakaan, berita kriminal, dan juga contoh berita dalam bahasa Inggris dan bahasa Sunda.
1.      Contoh Berita Kecelakaan
Berikut ini adalah sebuah contoh berita kecelakaan yang berjudul "5 Mobil Tabrakan Beruntun di Tol Bekasi Barat". Berita ini bersumber dari situs Yahoo News yang dipublikasikan pada 26 desember 2012. Sedikitnya 5 mobil terlibat dalam tabrakan beruntun di Tol Bekasi Barat arah ke Jakarta, Rabu (26/12/2012) pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Satu mobil pun ringsek akibat tertabrak kendaraan di belakangnya.
"Sekitar 15 menit yang lalu tabrakan beruntun di tol Bekasi Barat. satu mobil yang paling depan, sepertinya Vios, ringsek parah ditabrak Avanza," ungkap saksi mata di lokasi kejadian, Aldino. Meski begitu, tabrakan beruntun tersebut tidak memakan korban jiwa. Lalu lintas pun lancar tidak terjadi kemacetan panjang. "Polisi sudah banyak di lokasi," imbuh Aldi.
2.      Contoh Berita Kriminal
Contoh berita yang kedua ini merupakan sebuah contoh berita kriminal yang berjudul "Polisi Bekuk Pelaku Perampokan Mobil di Sumut". Berita ini sendiri bersumber dari situs Okezone yang dipublikasikan pada 28 September 2012 yang lalu.
Kepolisian Sektor Pancur Batu menangkap dua dari empat pelaku perampasan mobil di kawasan lokalisasi, Bandar Baru, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
Kapolsek Pancur Baru Kompol Darwin Sitepu mengatakan, penangkapan berawal dari laporan korban ke kantor polisi karena mengetahui mobilnya dilarikan para pelaku. Setelah itu korban dan tim dari kepolisian langsung turun dan menangkap dua pelaku sedangkan dua lagi melarikan diri, namun identitasnya sudah diketahui.
Dia menjelaskan, kedua tersangka yang ditangkap yaitu Susanto Suton alias Tono (38) dan Riko (36) sedangkan dua tersangka lagi D (35) dan D (46) berhasil melarikan diri. "Keduanya ditangkap saat akan melarikan mobil korban," katanya. Modus yang digunakan pelaku untuk merampas mobil dan truk milik korban Roni Humbanggaol (33), warga Desa Stanmal Sumupagata, Sidikalang dan Jhonson (40), warga Laucin, Medan Tuntungan dengan cara membius para korbannya pada saat berada di penginapan lokalisasi, Bungalow Ananda, Berastagi. Saat dilakukan pemeriksaan terhadap kedua tersangka, Susanto mengaku kelompoknya biasa merampas mobil jenis Toyota Avanza dan kemudian menjualnya di kawasan AH Nasution, Medan Johor dengan harga Rp18 juta. Menurut Susanto, aksi perampasan dengan obat bius sudah sering dilakukan dan hingga saat ini sudah puluhan mobil berhasil di rampas dari pemiliknya. "Kami biasa menjual untuk jenis Avanza dengan harga 18 juta sedangkan truk Colt Diesel Rp120 juta," akunya. Data yang dikumpulkan Okezone, peristiwa berawal pada saat ke empat pelaku bertemu dengan korban Roni dan Jhonson di Sidikalang, Kabupaten Humbang Hasundutan dengan tujuan ingin menyewa mobil untuk mengangkat barang-barang yang ada di Medan dan meminta mereka (korban) untuk menjemputnya.













DAFTAR PUSTAKA

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008
Muda, Deddy Iskandar, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, Bandung: PT Remaja Ruda Karya Offset, 2008
Pareno, Sam Abede, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita. Surabaya: Papyrus, 2003
Rolnicki, Tom E., Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism), Jakarata: Kencana Prenada Media Group, 2008
Romli, Asep Syamsul M., Jurnalistik Praktis untuk Pemula, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
http//serial-jurnalistik/209-serial-jurnalistik-teknik-penulisan-berita.html, 18 maret 2013 jam 10.52
















PROFIL PENULIS
1.      Zeni Ngindahul  Masruroh. Alamat: wonosegoro, boyolali, facebook: Zeni N Masruroh, Twitter: Zeni N masruroh, Blog: Zenma Syafta, No. HP: 085647384944.
2.      Wulan Agustina
Nama panggilan Wulan, alamat rumah: Palembang. Motto hidup: selalu berusaha lebih baik lagi dari hari kemarin.
3.      Elly Lutfiyah. Alamat: Jln. Pangeran Djuminah No. 7, Rt 03/Rw VI, Penjalin Protomulyo Kaliwungu Selatan Kendal, Facebook: Elly Lutfiyah, Twitter: Elly Lutfiyah, Blog: EL-Lutfiyah, No HP: 081805862045.




[1] Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita. (Surabaya: Papyrus, 2003), hlm. 6
[2] Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, (Bandung: PT Remaja Ruda Karya Offset, 2008), cet. III, hlm. 21-22
[3] Tom E. Rolnicki, Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism), (Jakarata: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 1-2
[4] Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm.144-145
[5] Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita,hlm. 40-42
[6] Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm.145-146
[7] Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita,hlm. 42-43
[8] Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, hlm. 146
[9] Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, hlm. 40-42
[10] Sam Abede Pareno, Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita, hlm. 31-34
[11] Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 7-10
[12] http//serial-jurnalistik/209-serial-jurnalistik-teknik-penulisan-berita.html, 18 maret 2013 jam 10.52