Waktu sangatlah berharga bagi seluruh elemen manusia. Tanpa adanya
waktu tentu kita tidak akan bisa memanage kegiatan kita dalam kurun waktu
sehari, dua hari, seminggu, sebulan bahkan bertahun-tahun. Lantas bagaimana
kalau kita mengulur-ulur waktu? Akankah kegiatan yang sebelumnya kita playning
dapat terlaksana dengan baik?
Seringkali dalam suatu kegiatan pembelajaran, seminar bahkan rapat
sekalipun tidak luput dengan yang namanya molor alias jam karet. Al hasil
banyak orang yang datang terlambat saat kegiatan dengan alasan “buat apa datang
tepat waktu, paling-paling jamnya juga molor”. Kalau sudah seperti ini semua
elemen tidak ada yang mau disalahkan dan tidak ada yang mau bertanggungjawab. Padahal
semua elemen yang ada didalamnya merupakan orang yang salah dan harus
bertanggungjawab. Dengan kemoloran waktu tentunya banyak agenda yang
terbengkalai. Namun banyak orang mengabaikan hal ini karena bagi mereka jam
karet sudahlah membudaya dan mengakar sehingga sulit untuk dihilangkan. Dapat
dilihat rapat anggota dewan yang seharusnya dimulai jam 09.00 berubah menjadi
jam 10.00, dan rapatpun tentu akan selesai tidak tepat dengan waktu yang telah
ditentukan. Sehingga sebelum rapat paripurna banyak dijumpai orang-orang
berlalu lalang ijin meninggalkan rapat dengan alasan ada kegiatan lain yang
juga lebih penting dan tidak bisa ditinggalkan. Dengan demikian tentu hasil
rapat itu tidak akan maksimal. Dampaknya bukan hanya dalam satu organisasi itu
saja, tapi berdampak bagi semua elemen termasuk rakyat.
Budaya semacam ini seharusnya dihapuskan dari bumi pertiwi. Apabila
terus dibiarkan tentu akan memberi dampak buruk bagi perkembangan budaya
Indonesia selanjutnya. Budaya jam karet bisa dihapus mulai dari hal-hal yang
kecil seperti, makan tepat waktu, masuk kelas tepat waktu, shalat tepat waktu
dll. Hal-hal kecil semacam ini sering kali diabaikan, padahal hal-hal yang
besar berangkat dari hal-hal yang kecil.
No comments:
Post a Comment