PENCIPTAAN LANGIT
DAN BUMI PERSPEKTIF AL QUR’AN DAN SAINS
I.
PENDAHULUAN
Dalam berbagai ayat, Al Qur’an banyak
memberikan indikasi tentang jagat raya dengan segala bagian-bagiannya (langit,
bumi, segala benda lainnya yang muldimensional). Isyarat-isyarat itu
menunjukkan bukti (istidlal) atas kekuasaan Allah yang tidak terbatas, ilmu dan
hikmah (kemahabijaksanaan)Nya yang sangat sempurna dalam menciptakan jagat raya
ini. Itu semua sebagai hujjah (argumentasi) terhadap orang-orang kafir, musyrik
dan kaum skeptis, dan sekaligus mengukuhkan hakikat uluhiyah Allah, Rabb alam
semesta.
Berangkat dari
permasalahan di atas, makalah ini akan mengulas serta menyajikan
pembahasan langit dan bumi yang menjadi
bukti atas kekuasaan Allah SWT yang merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana
Penjelasan Q.S Al Baqarah ayat 117 dan Q.S At Thalaq Ayat 12 tentang Penciptaan
Langit dan Bumi ?
B.
Bagaimana
Penjelasan Q.S Al Imran Ayat 190 tentang Pergantian Siang dan Malam ?
C.
Bagaimana
Penjelasan Q.S Al Anbiya’ Ayat 16 dan
Q.S Shaad ayat 27 tentang Tujuan dan Hikmah Penciptaan
Langit dan Bumi ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Penciptaan
Langit dan Bumi
ßìÏt/ ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( #sÎ)ur #Ó|Ós% #XöDr& $yJ¯RÎ*sù ãAqà)t ¼ã&s! `ä. ãbqä3usù ÇÊÊÐÈ
“Allah
pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu,
maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya “jadilah” lalu jadilah ia”. (Q.S Al Baqarah:117).
Pada ayat sebelumnya (QS. Al
Baqarah ayat 116), Allah SWT menafikan tuduhan orang-orang kafir dan musyrikin
yang meragukan Kemahakuasaan-Nya hingga Allah dituduh memerlukan kehadiran
seorang anak, maka pada awal ayat 117 ini Allah SWT menegaskan perihal
Kemahakuasaan-Nya dengan menyatakan: “Badii’us samaawaati wal ardhi” (Pencipta
langit dan bumi). Kata “badii‘”
dalam bahasa Arab bermakna bukan hanya menciptakan tapi menciptakan sesuatu
“tanpa” berpegang pada contoh yang ada sebelumnya. Ayat ini menegaskan bahwa
tatkala Allah menciptakan langit dan bumi serta makhluk-makhluk Allah lainnya
tidak terikat oleh ciptaan sebelumnya, dalam arti ciptaan tersebut “benar-benar
baru” hanya dengan “Kun fa yakuun” Allah dalam menciptakan sesuatu dari yang
semula tidak ada menjadi ada.
Kata badi’ juga menunjukkan penekanan artinya pada keindahan yang
luar biasa dan sangat mengagumkan. Keindahannya ini mengandung keunikan
tersendiri yang sangat menakjubkan dan belum pernah ada sebelumnya. Dengan
demikian,
arti yang terkandung di dalam ayat yang menggunakan kata badi’ (tak terkecuali dengan ayat ini), ialah
keindahan alam semesta yang merupakan bentuk ciptaan Allah yang luar biasa
sekali dan amat sangat mengagumkan. Keindahannya tidak mungkin tertandingi oleh
ciptaan siapapun. Ia mengandung keunikan tersendiri yang belum pernah ada
sebelumnya. Di samping itu ia juga dilengkapi dengan dan keteraturan susunannya, yang semuanya
berjalan menurut aturan yang telah ditetapkanNya.
Sungguh, suatu anugerah yang tiada duanya.
Langit mulai diciptakan setelah terciptanya singgasana Tuhan
(‘arsy). Langit dan bumi sangat kecil jika dibandingkan singgasanaNya, laksana sebuah titik
di padang pasir. Kita tidak tahu bagaimana persisnya proses penciptaan langit
itu. Namun, dengan jelas Al-Qur’an menjelaskan bahwasanya langit yang Dia ciptakan terdiri dari
tujuh lapisan begitu pula dengan bumi.
Sebagaimana Q.S At-Thalaq: 12 berikut ini:
ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ yìö6y ;Nºuq»oÿx z`ÏBur ÇÚöF{$# £`ßgn=÷WÏB ãA¨t\tGt âöDF{$# £`åks]÷t/ (#þqçHs>÷ètFÏ9 ¨br& ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ¨br&ur ©!$# ôs% xÞ%tnr& Èe@ä3Î/ >äóÓx« $RHø>Ïã ÇÊËÈ
“Allahlah yang menciptakan
tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya agar
kamu mengetahui bahwasanya Allah maha Kuasa atas segala sesuatu, dan
sesungguhnya Allah, ilmunya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (Q.S At Thalaq: 12).
Pada ayat di atas, hanya
memastikan bahwa bumi menyerupai langit. Bila jumlah tingkatan langit ada 7,
maka begitu pula dengan jumlah tingkatan bumipun juga ada 7.
Setelah para ilmuan menemukan bahwa bumi itu
berbentuk bulat (menyerupai bola), mereka pun berpendapat bahwa isi dari perut
bumi terdiri dari biji-bijian. Permukaan bumi juga diibaratkan kulit yang
menutupi bumi dengan lapisan yang sangat tipis dibandingkan dengan bumi itu
sendiri. Diantara dua tingkatan itu terdapat tingkatan ke-3 yaitu hiasan.
Demikianlah para ilmuan abad 20 berkesimpulan bahwa bumi hanya terdiri dari
tiga tingkatan.
Namun, teori tentang tiga tingkatan bumi di atas
tidaklah bertahan lama disebabkan munculnya temuan-temuan baru tentang Ilmu
Bumi. Setelah mengadakan uji coba baru-baru ini, tersingkaplah bahwa zat atau
satuan yang ada di bumi merupakan suatu zat yang berkapasitas tinggi hingga
mencapai 3.000.000 sekali tekanan terhadap permukaan bumi.
Kemudian berkembanglah berbagai pendapat. Para
ilmuan dapat menjelaskan dengan baik dan jelas bagian-bagian dalam bumi. Jika
melihat di bawah kulit bumi, kita akan mendapatkan tingkatan lain terdiri dari
bebatuan yang terbakar yang merupakan penutup atau pelindung bebatuan kemudian,
ada lagi tiga tingkatan lain yang berbeda, dilihat dari segi ketebalannya dan tekanan
suhunya yang tinggi. Oleh sebab itu, para ilmuan mengklasifikasikan bumi
terdiri dari 7 tingkatan, dan tidak mungkin lebih dari 7 tingkatan.
Dari 3 tingkatan bumi, kita mendapati kulit yang
tipis kemudian dikelilingi oleh 4 hiasan yang bertingkat seperti jaring. Lalu
terbentuklah semuanya menjadi 7 tingkatan. Tujuh tingkatan bumi memiliki
perbedaan yang sangat jauh antara masing-masing tingkatan, baik dari segi
susunannya, ketebalannya, suhu yang terdapat di sana, maupun satuan (zat) yang
ada. Oleh sebab itu, tidak mungkin bisa dikatakan bahwa globe (bola bumi) hanya
ada satu tingkat, seperti apa yang dipercayai pada zaman dahulu. Fakta
sains juga telah menjelaskan bahwa lapisan dalam planet bumi memang terdiri
atas tujuh lapis. Demikian pula dengan langit yang
memiliki tujuh lapis atmosfer. Tepat seperti yang telah diungkapkanNya dalam
ayat diatas.
Tujuh lapisan interior
planet bumi itu ialah:
a.
Lithosphere/crust (0-60
km)
b.
Upper/shallow mantle/astenosfer (60-400 km)
c.
Transition region (400-650
km)
d.
Lower mantle (650-2890 km)
e.
Discontinuity (gutenberg) (2700-2890
km)
f.
Outer core (2890-5150 km)
Sehingga dari keterangan di atas, dapat kita ambil
kesimpulan bahwa perkembangan terakhir para ilmuan yang menemukan bahwa bumi
terdiri dari tujuh tingkatan tidaklah bertentangan dengan wahyu Allah SWT.
Semua usaha yang diupayakan oleh para ilmuan dalam rangka menyelaraskan hasil
penelitian mereka dengan fakta yang terungkap dalam Al-qur’an yang sudah ada
sebelumnya.
Selain itu, ayat di atas juga menunjukkan tentang
kebesaran Allah yang sungguh tidak ada yang bisa menandingiNya. Karena ternyata
ayat ini sudah lebih dulu menyingkap fakta mengenai langit dan bumi. Tidak ada
satu orang pun yang mampu mengalahkan ilmuNya, sebab ilmuNya mencakup segala
sesuatu yang ada di bumi maupun di langit.
B.
Pergantian
Siang dan Malam
cÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@ø©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ
“Sesungguhnya dalam menciptakan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (Q.S Al Imran:190).
Apabila
merenungkan ayat diatas kita akan
menemukan hubungan antara malam dan siang, langit dan bumi. Allah SWT mengajak orang-orang yang berakal dan para
ilmuan untuk memikirkan ayat tersebut agar menemukan keagungan sang khalik,
karena alam ini pasti ada yang mengatur yaitu Allah.
Peristiwa malam dan siang dengan
gelap dan terangnya dianggap hal yang biasa dan wajar oleh kebanyakan manusia.
Namun, segelintir orang tertentu terusik dan mencurahkan perhatian serta
mendedikasikan hidupnya untuk menyibak rahasia malam dan siang, mereka itu adalah para astronom,
astrifisikawan atau kosmolog. Bumi dapat saja selalu dalam keadaan malam tanpa
siang. Bumi akan selalu ada dalam keadaan malam dan gelap jika posisi bumi
cukup jauh dari matahari. Misalnya bumi nemempati posisi saturnus yang jaraknya
terhadap matahari sekitar sepuluhkali jarak bumi matahari apalagi menempati
posisi neptunus planet terluar dalam tata surya kita yang jaraknya sekitar tiga
puluh kali jarak bumi sampai matahari.
Jika posisi bumi dari matahari cukup
jauh, maka intensitas sinar matahari pada permukaan yang menghadap matahari
tidak cukup besar untuk menjadikannya terang benerang. Jika posisi bumi dari
matahari cukup dekat seperti venus dan merkurius maka intensitas sinar matahari
cukup besar dan mengakibatkan bumi dalam selalu keadaan siang tanpa malam.
Dari uraian di atas, malam dan siang
serta berlangsungnya kehidupan dimuka bumi menunjukkan bahwa jarak antara bumi
sampai matahari adalah jarak ideal, tidak terlalu dekat juga tidak terlalu
jauh.
Allah menjadikan salah satu dari
sifat malam yaitu gelap, dan sifat siang yaitu terang. Allah menghapus tanda
malam dan menetapkan tanda siang dengan terang. Saling bergantian antara siang
dan malam pada separuh bumi adalah sangat penting. Pasalnya, semua gambaran
kehidupan bumi tidak akan dapat ditanggung atau dilakukan dengan terus bekerja
tanpa istirahat. Jika tidak demikian, niscaya akan hancur. Manusia, hewan, dan
tumbuh-tumbuhan membutuhkan waktu istirahat pada malam hari untuk mengembalikan
kekuatan untuk beraktivitas pada siang hari. Sebaliknya, mereka mengambil
aktivitas pada malam hari membutuhkan istirahat pada siang hari. Ini adalah
penyusutan yang dapat dilihat pada atap dari lapisan-lapisan
khusus berkaitan dengan memelihara bumi. Yaitu, yang dinamakan lapisan gas
bumi. Lapisan ini menyusut pada malam hari dan membesar pada siang hari.
Lapisan-lapisan meninggi pada malam hari untuk membiarkan sinar-sinar alam
menembus kelapisan-lapisan bawah dari cover gas. Cahaya-cahaya sangat
mematikan, tetapi takdir dan nikmat Allah kepada penduduk bumi menghapus
cahayanya pada malam hari dan menetapkannya pada siang hari. Andai kata tidak
karena itu, kehidupan ini tidak akan tegak dan tidaklah manusia dapat merasakan
waktu dan hari.
Sebagaimana
firman Allah:
$uZù=yèy_ur @ø©9$# u$pk¨]9$#ur Èû÷ütGt#uä ( !$tRöqysyJsù spt#uä È@ø©9$# !$uZù=yèy_ur spt#uä Í$pk¨]9$# ZouÅÇö7ãB (#qäótGö;tGÏj9 WxôÒsù `ÏiB óOä3În/§
“kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda,
lalu kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar
kamu mencari karunia dari Tuhanmu”. (Q.S Al Isra’: 12).
C.
Tujuan dan Hikmah Penciptaan Langit dan Bumi
$tBur $oYø)n=yz uä!$yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ tûüÎ7Ïè»s9 ÇÊÏÈ
“Dan tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada
diantara keduanya dengan bermain-main”. (Q.S Al Anbiya’:
16)
Dalam surat tersebut mengatakan
bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi juga segala yang ada di antara
keduanya dengan tata aturan yang demikian rapi, indah, serta harmonis. Ini
menunjukkan bahwa Allah tidak bermain-main, yakni tidak menciptakannya secara
sia-sia tanpa arah dan tujuan yang benar.
Seandainya
penciptaan alam ini tanpa tujuan yang hak, itu berarti apa yang dilakukan Allah
SWT menyangkut kehidupan dan kematian makhluk, serta penciptaan serta
pemusnahannya, semua dilakukanNya tanpa tujuan. Tetapi, karena itu bukan
permainan, bukan juga tanpa tujuan, pasti yang Maha Kuasa itu membedakan antara
yang berbuat baik dan buruk, lalu memberi ganjaran balasan sesuai amal
perbuatan masing-masing.
Dan Allah SWT dalam menciptakan langit
dan bumi sudah barang tentu terdapat hikmah yang Allah sisipkan di dalamnya,
sebagaimana firman Allah di bawah ini:
$tBur $uZø)n=yz uä!$yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ WxÏÜ»t/ 4 y7Ï9ºs `sß tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. 4 ×@÷uqsù tûïÏ%©#Ïj9 (#rãxÿx. z`ÏB Í$¨Z9$# ÇËÐÈ
“Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah yang demikian itu adalah
anggapan-anggapan orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena
mereka akan masuk neraka”. (Q.S Shaad: 27).
Dr. Zaglul An Najjar mengatakan
bahwa ada beberapa hal penting dari proses terbentuknya alam, di antaranya:
1.
Langit
sangat luas dan lebar, penciptaannya sangat spektakuler, penuh rahasia, setiap
bagian berhubungan dengan bagian yang lain. Di antara jarak yang jauh itu di
penuhi gas hydrogen. Pada kumpulan gas tersebut berterbangan benda-benda kecil
seperti debu dan bahkan sangat halus, yang merupakan zat kalsium, yodium,
magnesium, besi dan uap serta zat-zat kimia lainnya. Begitu juga dengan
bintang-bintang, planet dan lain-lain.
2.
Langit
yang kita lihat sekarang ini memiliki bagian-bagian yang tidak terhitung
banyaknya, berjalan pada peredarannya masing-masing, dan tidak pernah terjadi
tabrakan antara yang satu dengan yang lainnya, padahal ada sekitar dua ratus
liliar tempat peredaran.
IV.
KESIMPULAN
Dalil tentang penciptaan langit dan bumi terdapat QS. Al Baqarah ayat 117, yang
menjelaskan tentang kekuasaan Allah yang dengan kebesaranNya telah menciptakan
langit dan bumi dengan penuh keindahan dan keunikan yang sungguh luar biasa dan
tiada ada yang menandinginya. Dalam surat At-Talaq ayat 12 menjelaskan
bahwasanya langit yang Allah ciptakan
terdiri dari tujuh lapisan begitu pula dengan bumi, dan keterangan pada surat
tersebut juga dibuktikan oleh para ilmuan pada abad 21.
Kemudian, dalam Surat
Al-Maidah ayat 190 dan Al-Isra’ ayat 12
menjelaskan agar kita
dapat menemukan hubungan antara malam
dan siang, langit dan bumi. Allah SWT mengajak orang-orang yang berakal dan para
ilmuan untuk memikirkan ayat tersebut agar menemukan keagungan sang khalik,
karena alam ini pasti ada yang mengatur yaitu Allah.
Allah SWT dalam penciptakan langit
dan bumi juga segala yang ada di antara keduanya dengan tata aturan yang
demikian rapi, indah, serta harmonis. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak
bermain-main, yakni tidak menciptakannya secara sia-sia tanpa arah dan tujuan
yang benar. Hal yang demikian,
tertuang dalam Q.S Al-Anbiya’ ayat 16 dan Q.S Shad ayat 27.
DAFTAR
PUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemahnya
Allam, Ahmad Khalid, Al Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan, Jakarta: Gema Insani,
2005
Al-Math, Muhammad Faiz, Keistimewaan-keistimewaan
Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, cet.3
Purwanto,
Agus, Ayat-ayat Semesta Sisi-sisi
Al Qur’an yang Terlupakan, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2008
Shehab,
Magdy, Ensiklopedia Mukjizat Al Qur’an
dan Hadits, Kairo: Sapta Sentosa, 2010, Jilid 8
......................., Ensiklopedia Mukjizat Al
Qur’an dan Hadits, Kairo: Sapta Sentosa, 2010, Jilid 9
Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Sudarmojo, Agus Haryo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an, Bandung:
P.T Mizan Pustaka, 2008
Zar,
Sirajuddin, Konsep Penciptaan Alam
dalam Pemikiran Islam Sains dan Al Qur’an, Jakarta:
PT. Rajagravindo Persada, 1997
No comments:
Post a Comment