STRATEGI
MEMBANGUN TEORI
I.
PENDAHULUAN
Penelitian tindakan merupakan salah satu
tipe penelitian tipe deskriptif, yang tertuju kepada pemecahan masalah tertentu
yang ada pada masa sekarang.
Secara umum penelitian tindakan merupakan suatu penelitian yang dilakukan
ditengah-tengah situasi riil, dalam rangka mencari dasar bagi petugas-petugas
untuk bertindak atau beroperasi dalam mengatasi suatu kebutuhan praktis yang
mendesak.
Dalam penelitian
kuantitatif penggunaan teori secara deduktif dan menempatkannya di awal rencana
penelitian. Tujuan penelitian kuantitatif adalah menguji atau membuktikan
sebuah teori, bukannya untuk mengembangkan teori. Oleh karena itu, untuk
memulai penelitian dengan mengajukan sebuah teori, mengumpulkan data untuk
mengujinya dan menguji ulang apakah teori tersebut diperkuat atau diperlemah
oleh hasil penelitian. Teori tersebut menjadi kerangka penelitian secara
keseluruhan, suatu model terorganisir pernyataan atau hipotesa penelitian dan
prosedur pengumpulan data.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apa
pengertian teori dan
Macam-macamnya?
B. Bagaimana
strategi membangun teori?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teori
Setiap
penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh Neumen, Teori
adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi
untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar
variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Selanjutnya
Siti Rahayu Haditono menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang
penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan
gejala yang ada.[1]
Teori
adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan
antarkonsep.[2]
Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta. Teori menyusun fakta-fakta dalam
bentuk yang sistematis sehingga dapat dipahami.[3]
Dalam
penggunaan secara umum, menurut snelbecker teori-teori berarti sejumlah
proposisi yang terintegrasi secara sintaktik (artinya kumpulan proposisi ini
mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis
proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, dan juga pada data yang diamati), serta yang
digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati.[4]
Menurut
Kinayati Djojosuroto & M.L.A. Sumaryati, teori digolongkan kepada empat
macam, yaitu asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi.
1. Asumsi
Asumsi
adalah suatu anggapan dasar tentang realita, harus diverifikasi secara empiris.[5]
Dalam penelitian ilmu sosial, setidaknya kita mengenal dua pendekatan yang
memengaruhi proses penelitian, mulai dari merumuskan permasalahan hingga
mengambil kesimpulan. Setiap pendekatan memiliki asumsi dasar yang berbeda.
Asumsi dasar yang ada di dalam pendekatan kuantitatif bertolak belakang dengan
asumsi dasar yang dikembangkan di dalam pendekatan kualitatif. Asumsi dasar
inilah yang memengaruhi pada perbedaan dari cara pandang peneliti terhadap
sebuah fenomena dan juga proses penelitian secara keseluruhan.
Adapun
asumsi dasar pendekatan kuantitatif , yaitu:
a. Asumsi
Dasar Ontologi (Hakikat Dasar Gejala Sosial)
Gejala sosial dikatakan
sebagai sesuatu gejala yang real, yang dapat diungkap dengan menggunakan indra
manusia. Karena suatu gejala adalah real, bisa terjadi kesepakatan di antara
individu-individu yang ada di sekitarnya, dan suatu ketika gejala tersebut
menjadi sebuah fenomena yang sifatnya universal dan diakui oleh orang banyak.
b. Asumsi
Dasar Epistemologi (Hakikat Dasar Ilmu Pengetahuan)
Suatu gejala adalah
nyata. Karena gejala itu sifatnya nyata, gejala yang ada bisa dipelajari.
Gejala yang ada bisa ditangkap dengan menggunakan indra. Dengan demikian, kita
bisa membuat perbedaan antara yang satu dengan yang lain.
2. Konsep
Konsep
adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu
gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu.[6]
Bailey (1982) menyebutkan sebagai persepsi (mental Image). Atau abstraksi
yang dibentuk dengan menggeneralisasikan
hal-hal khusus.
Konsep
juga dibangun dengan maksud agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah
maupun konsumen penelitian atau pembaca laporan penelitian memahami apa yang
dimaksud dengan pengertian variable, indikator, parameter, maupun skala
pengukuran yang dimaksud penelitiannya kali ini. Lebih konkrit, konsep adalah
generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama.[7]
Dalam
membangun konsep ada dua desain yang perlu diperhatikan, yaitu generalisasi dan
abstraksi. Generalisasi adalah proses bagaimana memperoleh prinsip dari berbagai
pengalaman yang berasal dari literatur dan empiris. Abstraksi yaitu cakupan
ciri-ciri umum yang khas dari fenomena yang dibicarakan.
3. Konstruk
Konstruk
adalah konsep yang ciri-cirinya dapat diamati langsung seperti pemecahan
masalah. Konsep seperti ini lebih tinggi tarafnya dari pada abstraksi yang ciri-cirinya
dapat diamati langsung. Jadi konstruk adalah konsep sedangkan tidak semua
konstruk adalah konsep.[8]
Menjadikan konstruk yang dapat kita ukur disebut operasionalisasi. Kata
kerjanya mengoperasionalisasikan.
Pada
umumnya metode kontruksi teori dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Konstruksi
teori secara Deduktif
Teoretikus deduktif
bekerja dari atas ke bawah. Dalam teori semacam ini mula-mula dirumuskan
sekumpulan asumsi dasar atau postulat-postulat dengan memperhatikan
factor-faktor tertentu yang telah dikenal. Dari postulat-postulat ini
dikeluarkan hipotesis-hipotesis atau teorema-teorema. Hipotesis- hipotesis ini
kemudian diuji, lalu hipotesis yang terbukti benar dipertahankan sehingga
selama periode terentu, teori ini mengalami koreksi sendiri.
b. Konstruksi
teori secara Induktif
Teoretikus induktif
bekerja dari bawah ke atas, menyusun system-sistem yang memperhatikan
hasil-hasil penelitian yang yang telah
berkali-kali diuji. Lalu menyusun system-sistem yang lebih tinggi tingkatnya
sebagai generalisasi teori mini itu, dan akhirnya merumuskan suatu teori yang
mencankup semua pernyataan yang lebih rendah tingkatannya.[9]
4. Proposisi
Proposisi
adalah hubungan yang logis antara dua konsep.
B. Strategi
membangun Teori
Perangkat kontruksi teori, bila diurutkan dari yang
paling dekat dengan data yaitu: konsep (konsep dan konstruks), proposisi
(hipotesis dan tesis), dan teori.
Dimana konsep dibagi menjadi dua yaitu:
a. konsep yang tingkat abstraksinya masih rendah,
dimana indicator konsep tersebut langsung masih bisa diamati pada objek konsep
itu, seperti meja, maka cirri-cirinya langsung diamati pada benda itu.
b. kontruk, yaitu konsep yang tingkat abstraksinya
lebih tinggi, sehingga cirri-cirinya tidak bisa langsung diamati pada obyek,
perlu pengukuran dan penelitian lebih dahulu seperti: sosialisasi, keakraban,
dan sebagainya. umumnya konsep dalam ilmu sosial merupakan konstruk.
Teori dibangun dari data empiris, melalui perangkat
konsep dan proposisi. Apabila konsep yang diteliti dan proposisi yang dibangun
itu belum pernah diteliti oleh orang lain, maka teori yang dibangun dari konsep
dan proposisi itu juga merupakan teori yang baru. Istilah teori yang baru harus
dipahami dalam kaitan dengan tujuan pokok penelitian yaitu menemukan teori
baru, mengembangkan teori yang sudah ada, dan revisi teori yang sudah tidak
sesuai lagi.
Teori itu dibedakan menjadi Grand Theory dan Subtantive
Theory. Grand Theory adalah teori yang baru sama sekali yang
sebelumnya belum ada, penemunya adalah ahli pikir yang genius, sehingga tidak
sembarang orang bisa melakukan. contoh teori evolusi dari Darwin. Kemudian
telah berkembang dengan pesat teori substantive dari masing-masing grand
theory, bahkan mampu membangun grand theory baru, sehingga mampu
membangun cabang dan ranting ilmu disegala bidang. Tiap teori dibangun berdasarkan
pola pikir tertentu, konsekuensinya teori substantive yang dibangun juga
menggunakan pola pikir grand theory nya.
Ada empat langkah mental Constructs yang harus
dilalui untuk mengubah konsep dan proposisi menjadi teori, yaitu :
1.
Membentuk suatu konsep yang mengindentifikasi
ciri-ciri umum (generalisasi) dari explanan (variabel bebas) disebut konsep
explanan.
2.
Membentuk suatu konsep yang mengidentifikasi ciri-ciri
khas dari explanandum (variabel terikat) sebagai akibat logis dari keberadaan
explanan, disebut konsep explanandum
3.
Membentuk proposisi yaitu menghubungkan secara logis
dan konsisten antara konsep expalanan dan konsep explanandum.
4.
Membentuk beberapa proposisi yang menjabarkan explanan
atau explanandum umum, sehingga hipotesis atau tesis bisa diuji dan disimpulkan
atau sebagai hasil pembuktiaan empiris hipotesis atau tesis yang ditemukan.[10]
IV.
KESIMPULAN
Teori
adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan
antarkonsep. Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta. Teori menyusun
fakta-fakta dalam bentuk yang sistematis
sehingga dapat dipahami.
Teori
digolongkan kepada empat macam, yaitu asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi.
Teori dibangun dari data empiris, melalui perangkat
konsep dan proposisi. Apabila konsep yang diteliti dan proposisi yang dibangun itu
belum pernah diteliti oleh orang lain, maka teori yang dibangun dari konsep dan
proposisi itu juga merupakan teori yang baru.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia
biasa kita menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin......
DAFTAR
PUSTAKA
Bungin,M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Jakarta:
Kencana, 2008
Djojosuroto, Kinayati & M.L.A
Sumaryati, Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa & Sastra, Bandung:
Yayasan Nuansa Cendekia, 2004
Hasan,M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi
Penelitian dan Aplikasinya, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002
Muhadjir, Noeng, Metodologi
Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed,
Jogja: Rake Sirasin, 2007
S. Nasution, Metode Research,
Penelitian Ilmiah, Bandung: Jemmars, 1991
Sugiyono, Metode Penelitian
kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009
Wilis Dahar, Ratna, Teori-teori Belajar dan
pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2006
Moh Kasiram, Metodologi Penelitian
Kuantitaif-Kualitatif, Yogyakarta: UIN Maliki Press, 2010
STRATEGI MEMBANGUN TEORI
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Penelitian
Tindakan Kelas
Dosen Pengampu: Syamsul
Ma’arif, M. Ag.
Disusun oleh:
Khanif Ulya Dzakki (103111047)
M. Khoirul Umam (103111063)
Muh. Azhar Farih (103111065)
M. Solekhan (103111060)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013